Mata rantai praktik mafia wasit yang dituding dalam berbagai pertandingan mulai divisi utama hingga Liga Super Indonesia, pada dasarnya bisa diputus selama klub-klub sepak bola kritis setelah menangkap indikasi kecurangan ketika pertandingan berlangsung.


PSSI telah membuka peluang laporan bagi tim sepak bola yang merasa dirugikan wasit dengan menempuh mekanisme yang ditentukan. Selain itu, tim sepak bola harus mampu membuktikan pelanggaran yang dilakukan wasit, misalnya dengan menyantumkan rekaman ketika pertandingan.

Demikian dikatakan oleh Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengda PSSI Jawa Barat, Bambang Sukowiyono yang ditemui di ruang kerjanya, Selasa (19/1). Menurut dia, PSSI pusat kini tidak segan-segan menjatuhkan sanksi kepada wasit yang terbukti melakukan pelanggaran, pada pelaksanaan segala divisi hingga Liga Super Indonesia.

Buktinya, salah seorang wasit yang kerap muncul di televisi memimpin pertandingan dua klub ternama dinonaktifkan untuk beberapa pertandingan.

Sayangnya, selama ini bentuk laporan seperti itu tidak pernah diterima oleh PSSI. Akan tetapi, keluhan-keluhan setelah pertandingan kerap diterima karena ketidakpuasan terhadap pola keputusan wasit.

"Kami sebagai perpanjangan PSSI pusat, siap menindaklanjuti kebijakan pusat mengenai pelanggaran yang kerap dilakukan wasit ketika memimpin pertandingan. Dan kecurangan di sini, tidak hanya menyangkut salah satu level pertandingan, tetapi cenderung kepada karakter atau kepribadian wasit," ujarnya.

Selain itu katanya, audiens dapat menilai apabila timbul indikasi keberpihak wasit kepada pihak tuan rumah atau tamu. Misalnya memberikan tendangan penalti di menit-menit akhir dan membiarkan pelanggaran tanpa memberikan sanksi apa pun.

Namun demikian, Suko melihat praktik keberpihakan wasit seperti itu dalam pertandingan selama 2009/2010 dinilai relaif menurun dari pelaksanaan tahun sebelumnya. Hal itu terlihat dari adanya tuan rumah yang kalah di kandang sendiri.

Source: PR



0 komentar:

Posting Komentar