PT Liga Indonesia (PT LI) kembali memikirkan hal yang jelas-jelas bukan bagiannya. PT LI melalui CEO-nya, Djoko Driyono memikirkan dimana tempat pertandingan Persija vs Persib harus dilangsungkan. Padahal hal ini merupakan urusan panpel Persija Jakarta, bukan PT LI sebagai regulator kompetisi Liga Super Indonesia (LSI).
Laga kedua kesebelasan yang sejatinya akan dilangsungkan pada tanggal 24 Maret 2010 tersebut memang merupakan laga sensitif karena adanya clash antara kubu pendukung 2 kesebelasan. Seperti dilansir okezone, Djoko menilai bahwa pertandingan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
Alasan pertama PT LI adalah supaya supaya pertandingan dapat berlangsung sesuai jadwal dan tidak menganggu jadwal yang lainnya. PT LI menurut Djoko dari sekarang sudah memikirkan beberapa alternatif jika seandainya pihak kepolisian setempat tidak memberi ijin pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
”Makanya kita tengah mencari alternatif stadion agar laga tersebut tetap berjalan sesuai rencana,” kata Djoko kepada wartawan.
Alasan kedua adalah supaya pertandingan bisa disaksikan oleh kedua belah pihak pendukung. Jika laga dilangsungkan di luar Jakarta, maka baik bobotoh maupun The Jak bisa menyaksikan laga tersebut secara langsung di stadion, seperti musim 2008/2009 kemarin.
”Saya kira sudah saatnya kita berpikir lebih dewasa. Sepakbola itu bukan suatu ancaman. Para suporter tamu, dalam hal ini bobotoh harus tetap datang dengan kuota 5% dari jumlah total tempat duduk. Kita harus berpikir bahwa laga ini aman dan kita semua bisa menikmatinya,” beber Djoko.
”Kita ini ingin selalu setiap laga selalu ditonton suporter kedua kubu. Ini akan menjadi citra yang baik bagi sepakbola Indonesia. Makanya, PT Liga selalu berupaya agar setiap laga bisa dinikmati semua suporter dengan nyaman,” jelasnya.
Langkah ini tentu saja akan menjadi blunder bagi PT LI. PT LI sepetinya selalu ingin membantu Panpel Persija yang gagal melaksanakan laga Persija vs Persiwa hari Sabtu 13 Maret 2010 kemarin. Ini tentu saja mencuatkan pertanyaan ada apa sebenaranya antara PT LI dengan Persija.
Dengan langkah ini, PT LI sebagai regulator penyelenggara liga jelas tidak profesional. Idealnya, jika panpel sebuah tim LSI tidak mampu menyelenggarakan sebuah pertandingan, lebih baik tim tersebut di WO saja, hal ini bisa menjadi contoh bagi panpel lain, memberi efek jera pada panpel yang bersangkutan, dan kompetisi dapat terus berjalan dengan normal tanpa ada tambal sulam dan pergeseran jadwal.
Jika panpel suatu tim tidak mampu, biarkan saja, kenapa diurusin melulu?
source : simamaung.com
Selasa, 16 Maret 2010
Label: Update
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar