Kejadian yang berulang-ulang yang terjadi di Liga Super Indonesia (LSI) pada tiap musimnya sudah mencapai titik yang kronis sehingga banyak pihak yang sudah tidak mempunyai kepercayaan kepada PSSI sebagai lembaga pemegang regulasi untuk bisa memperbaiki semua kekacauan ini. Asisten pelatih Persib, Yusuf bachtiar berharap, Kementrian Pemuda dan Olahraga yang pada kabinet ini dipimpin oleh Andi Mallarangeng dapat berperan aktif untuk memperbaiki semuanya.
Yusuf Bachtiar melihat bahwa seperti pada kasus yang sedang hot-hotnya akhir-akhir ini, sepakbola Indonesia selayaknya mempunyai sebuah lembaga independent seperti KPK bentukan Kemenpora yang dapat mengawasi dan menyidik setiap kejadian-kejadian yang ganjal seperti protes terhadap wasit. Sehingga bukan tidak mungkin, nantinya akan ada juga gayus-gayus dalam sepakbola Indonesia.
“Kejadian seperti yang menimpa Persib Sabtu 24 April lalu, sebenarnya sudah kerap terjadi berulang-ulang di Liga Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Jadi harus dilihat darimana akar permasalahannya,” katanya ketika berbincang-bincang dengan para wartawan sesaat setelah latihan pagi ini.
Satu yang pasti, sarana yang paling sering membuat kekacauan ini adalah wasit. Beriring dengan waktu, tidak ada perbaikan signifikan yang dilakukan komisi wasit untuk memperbaiki nama baik institusi mereka.
“Maka ada baiknya, komisi wasit dapat diambil alih oleh Kemenpora lewat badan independent. Jika alasan gaji wasit yang menjadi alibi selama ini, maka jika perwasitan ada dibawah Kemenpora, para wasit ini menjadi PNS yang jika sudah pensiun dari wasit bisa terus berkarir sebagai pegawai negeri,” usulnya.
Karena selama ini mungkin wasit juga serba salah, terkait karirnya selanjutnya, maka mau tidak mau wasit yang baikpun akhirnya masuk ke dalam lingkaran hitam persepakbolaan Indonesia.
Yusuf bercerita, pada saat istirahat babak pertama, ia sempat berbincang dengan pengawas pertandingan. Pada perbincangan itu, sang pengawaspun mengakui bahwa ada banyak keputusan-keputusan dari wasit yang aneh. Namun tidak ada mekanisme yang dijalankan oleh pengawas pertandingan tersebut.
“Semestinya ia memanggil sang wasit dan menanyakan kepadanya terkait keputusan-keputusannya, jika memang sang pengadil mendapatkan tekanan dari pihak tertentu, sudah seharusnya ia mengganti wasit tersebut,” katanya.
Nyatanya, wasit Najamuddin Aspiran memimpin pertandingan sampai menit ke-88 dan akhirnya terjadilah kerusuhan yang tidak diinginkan Yusuf Bachtiar diakibatkan oleh wasit yang tidak memimpin dengan baik.
Bukan tidak mungkin, jika kejadian-kejadian seperti ini terus berlangsung, maka nantinya akan ada liga tandingan yang diusulkan oleh klub-klub yang merasa terus dirugikan, dengan meminta bantuan Kemenpora. Karena bagaimanapun, ini juga terkait dengan mental bangsa, jangan sampai kelicikan-kelicikan yang terjadi dalam sepakbola menjadi hal yang biasa dan menjadi bagian budaya bangsa Indonesai.
source: simamaung
Selasa, 27 April 2010
Label: Update
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar